MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI
PERSEPSI
Muh.
Nisar Mukmin
JURUSAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullah
Tiada
untaian kalimat yang lebih indah kecuali kalimat Alhamdulillah sebagai tanda
rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keluasan kesempatan dan
kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa
salam dan shalawat tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan yang baik.
Dengan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang memberi kesempatan untuk
lebih memahami mata kuliah Pengantar psikologi ini dengan judul “Persepsi”, tak
lupa kepada teman-teman yang telah mendukung dan memberi apresiasi untuk
menyelesaikan makalah ini.
Maka dari
itu penulis masih berharap adanya kritikan yang dapat diberikan dalam membantu
pengembangan proses belajar sehingga dapat dijadikan motivasi untuk lebih baik
lagi kedepannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullah
Makassar, 04 april 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
Latar Belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A.
Fungsi Persepsi ..................................................................................... 3
B.
Lokalisasi............................................................................................... 7
C.
Pengenalan............................................................................................. 3
D.
Kekonstantanan Perseptual..................................................................... 7
E.
Perkembangan Perseptual....................................................................... 7
BAB V PENUTUP............................................................................................ 19
A.
Simpulan................................................................................................ 19
B.
Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ v
CURICULUM VITAE...................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Psikologi merupakan
Perkembangan psikologi
Persepsi merupakan
suatu penelitian tentang bagaimana kita mengintegrasikan sensasi kedalam
percepts objek dan bagaimana kita menggunakan perscepts itu untuk mengenali
dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungsi Persepsi
Persepsi merupakan suatu penelitian tentang bagaimana
kita mengintegrasikan sensasi kedalam percepts objek, dan bagaimana kita
selanjutnya menggunakan percepts itu untuk mengenali dunia (percepts adalah
hasil dari proses perseptual. Sebagian karena mendapati inspirasi dari
penelitian oleh David Marr (1982), para peneliti semakin mendekati penelitian
persepsi dengan bertanya masalah apa yang dipecahkan oleh sistem perseptual.
Dua masalah umum berulang kali disebutkan. Sistem perseptual harus menentukan
(a) objek apa yang ada di sana (apel,
meja, kucing, dan sebagainya), dan (b) di mana objek itu berada (dijangkauan
lengan kiri saya atau beberapa ratus meter dihadapan saya dan sebagainya).
Masalah yang sama juga terlibat dalam persepsi audiotorius (suara apa itu,
telepon atau sirene? Di mana asalnya, depan atau belakang?).
Dalam penglihatan, menentukan objek apa dinamakan
sebagai proses pengenalan pola atau disingkat pengenalan (recognition) saja. Hal
ini mengetahui apa suatu objek itu sebelum kita dapat mengetahui beberapa sifat
pentingnya. Sehingga jika kita tahu suatu objek adalah apel, kita tahu ia
rasanya lezat; jika kita tahu suatu objek adalah srigala, kita tahu bahwa kita
tidak boleh mengganggunya. Menentukan di mana objek visual berada dikenal
sebagai lokalisasi spasial atau lokalisasi. Lokalisasi adalah cara yang kita
gunakan untuk bernavigasi didalam lingkungan kita. Tanpa kemampuan seperti itu,
kita akan terus menabrak benda, tidak dapat mengambil benda yang kita raih, dan
masuk ke jalan atau predator berbahaya.
B. Lokalisasi
Untuk mengetahui dimana objek berada dilingkungan,
pertama kali kita harus mengsegresikan objek satu dari yang lainnya dan dari
latar belakang. Kemudian sistem perseptual dapat menentukan posisi objek dalam
dunia tiga dimensi, termasuk jarak dari diri kita dan pola pergerakannya.
Gagasan bahwa ketiga kemampuan perseptual itu-segresi, menentukan jarak dan
menentukan pergerakan-saling berkaitan didukung oleh penemuan fisiologis yang
menyatakan bahwa ketiga kemampuan itu diperantarai oleh cabang visual yang sama
(Livingstone & hubel, 1998).
1. Citra
(bayangan) yang dihasilkan di retina adalah suatu mosaik dengan kecerahan dan
warna yang bervariasi. Dengan suatu cara tertentu sistem perseptual kita
mengorganisasikan mosaik itu menjadi sekumpulan objek tersendiri yang
terproyeksi terhadap latar belakang.
a. Gambar
dan latar belakang jika stimulus mengandung dua atau lebih daerah yang berbeda,
biasanya kita melihat sebagai gambar dan sisanya sebagai latar belakang.
b. Pengelompokan
objek kita tidak hanya melihat objek terhadap latar belakang, tetapi juga
pengelompokan objek tertentu. Pola sederhana seperti garis dan titik-titik pun
masuk kedalam kelompok-kelompok jika kita melihatnya. Pengelompokan menurut
kedekatan posisi yaitu subjek menemukan T dengan target lebih cepat jika
relatif jauh dari nontarget (a) dibandingkan jika relatif dekat dengan
nontarget (b), (dari Banks &
prizmental, 1976).
2. Mengahayati
jarak
C. Pengenalan
Kita selanjutnya membicrakan fungsi kedua persepsi:
pengenalan (recognition) apa suatu objek itu. Pengenalan suatu objek
membutuhkan penggolongannya ke dalam suatu kategori, seperti objek itu seekor
kucing, sebuah topi, dan sebagainya. Sudah tentu, kita juga dapat mengenli
manusia, yang mengharuskan penggolongan masukan visual ke individual tertentu
ia Ben Murphy, atau ia Irene Paull. Pada
kedua kasus, objek atau manusia, pengenalan memungkinkan kita mengambil
kesimpulan dari banyak sifat tersembunyi dari objek jika benda ini adalah baju,
maka ia terbuat dari kain dan kita dapat memakainya; jika benda itu seekor
kucing, maka ia dapat mencakar jika saya menarik ekornya; jika ia Ben Murphy,
ia akan menceritakan gurauan yang lucu, dan sebagainya. Pengenalanlah yang
memungkinkan kita melebihi informasi yang di berikan.
1. Tahap
Awal Pengenalan
Menurut Marr (1982), kita dapat membedakan tahap awal dan lanjut dari pengenalan
sebuah objek. Pada tahap awal, sistem persepsi menggunakan informasi pada
retina, terutama variasi intensitas, untuk menggambarkan objekdalam kaitan
dengan komponen primitifnya seperti garis, tepi, dan sudut. Sistem menggunakan
komponen primitif tersebut untuk membangun deskripsi tentang objek sendiri.
Pada tahap lanjut, sistem membandingkan deskripsi objek dengan deskripsi bentuk
berbagai kategori objek yang di simpan di memori visual dan memilih yang paling
cocok. Untuk mengenali objek tertentu sebagai huruf B, misalnya, maka bentuk
objek harus cocok dengan B secara lebih baik ketimbang dengan huruf lain.
Sekarang kita akan membicarakan tahap awal, yang mengkonstruksi deskripsi suatu
objek.
a. Detektor
Ciri Di Korteks
Sebagian besar dari apa yang kita
ketahui tentang ciri primitif persepsi objek berasal dari penelitian terhadap
spesies lain (kucing dan kera) yang menggunkan perekan sel tunggal dalam
korteks visual. Penelitian tersebut mempelajari sensitivitas neuron korteks
tertentu jika stimuli yang berbeda di presentasikan ke daerah retina yang
berhubungan dengan neuron-neuron tersebut daerah retina tersebut di namakan
bidang reseptif dari neuron kortikal.
b. Indikator
prilaku dari Ciri
Selain perekaman sel
tunggal, para peneliti telah mengembangkan tes prilaku untuk ciri-ciri primitif
objek yang dapat digunakan pada manusia. Salah satu teknik yang terkenal
dikembangkan oleh Treisman (sebagai contohnya, Treisman & Gormican, 1988).
Pada setiap uji coba tugas, subjek mendapatkan sejumlah susunan dan harus
memutuskan secepat mungkin apakah susunan tersebut mengandung target.
c. Hubungan
Antara Ciri
Ternyata masih ada lagi
untuk mendeskripsikan bentuk ketimbang hanya ciri-ciri saja: hubungan antara
ciri juga harus disebutkan. Suatu hubungan antara ciri (sebagai contohnya,”
garis horisontal bertemu dipertengahannya dengan puncak garis vertikal”). Jelas
bukan merupakan ciri primitif, dan dengan demikian kita dapat menduganya gagal
dalam test pop-out.
2. Tahap
pencocokan dan Model Connectionist
Sekarang kita telah
mengetahui bagaimana suatu objek dideskripsikan kita sekarang akan membicarakan
bagaimana deskripsi tersebut dicocokkan dengan deskripsi bentuk yang telah
disimpan memori untuk mendapat pasangan yang paling baik.
a. Network
Sederhana
Sebagian besar riset
tentang tahap pencocokan menggunakan pola sederhana jelasnya hurf atau kata yang ditulis tangan atau
dicetak. Gambar 5-14 mengilustrasikan suatu proposal tentang bagaimana kita
menyimpan deskripsi bentuk huruf. Ide dasarnya dideskripsikan dalam pengertian
ciri tertentu, dan mengetahui tentang ciri apa yang ada dalam huruf terkandung
didalam network koneksi ( dengan demikian dinamakan, model connectionist). Yang
menarik tentang model ini adalah mudahnya memahami bagaimana network tersebut
direalisasi dalam sistem saraf aktual dengan susunan neuron dan reseptor yang
saling berhubungan. Jadi, connectionism menawarkan jembatan antara model
bagaimana kemungkinan pikiran bekerja dan model neuron bagaimana otak bekerja.
b. Network
dengan aktivasi Top-Down
Gagasan dasar dibalik
model yang baru kita bicarakan –huruf harus dideskripsikan leh ciri-ciri yang
dimilikinya sekaligus yang tidak dimilikinya- awalnya diajukan oleh para
peneliti intelegensi artivisial (kecerdasan buatan) yang mencoba menulis
program komputer untuk menstimulasi, persepsi huruf manusia (selffridge &
Neisser, 1960). Walaupun ide tersebut realtif tidak berhasil untuk beberapa
saat, akhirnya terbukti tidak adekuat
untuk menjelaskan penemuan tentang bagaimana konteks mempengaruhi kemampuan
kita untuk menangkap huruf-huruf. Jelasnya, ide tersebut tidak dapat dijelaskan
mengapa suatu huruf lebih mudah ditangkap jika dipresentasikan sebagai bagian
kata ketimbang jika dipresentasikan sendiri.
3. Mengenali
Objek Natural dan Proses Top-Down
Kita telah sedikit tahu
tentang pengenalan huruf dan kata, tetapi bagaimana dengan benda-benda yang
lebih natural-hewan, tumbuhan, orang, perabotan, dan pakaian.
a. Ciri-ciri
objek Natural
Bentuk ciri objek
natural lebih kompleks dan garis lurus dan lengkung, dan lebih menyerupai
bentuk geometrik sederhana. Ciri-ciri tersebut harus sedemikian rupa sehingga
dapat berkombinasi untuk menjadi bentuk benda yang dikenal (sama seperti garis
lurus dan lengkung membentuk huruf). Ciri objek harus juga sedemikian rupa
sehingga dapat ditentukan atau dibangun dari ciri yang lebih primitif, karena
ciri primitif merupakan satu-satunya informasi yang ada untuk sistem.
b. Proses
Top Down
Proses Top Down adalah
proses yang terletak di balik efek kuat yang dimiliki oleh konteks pada
persepsi kita tentang objek orang. Efek konteks yang jelas jika objek stimulus
bersifat ambiguous (mendua) artinya dapat dihayati dalam lebih dari satu cara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar